Minggu, 02 Desember 2012

Diksi


DIKSI ATAU PILIHAN KATA 

     Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap
kata-kata dan kaidah yang terdapat dalam bahasa tersebut. 
Menggunakan bahasa pada hakikatnya adalah memakai katakata dan kaidah yang 
berlaku dalam bahasa itu. 
Dengan demikian, agar dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus 
memperhatikan pemakaian kata dan kaidah yang terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku 
bagi semua bahasa, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia. 

1 ASPEK KATA 
   Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. 
Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. 
Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena 
rangsangan bentuk. 
Apabila ada seseorang berteriak Banjir!,

    Dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata tersebut. Karena itu, 
pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan meluas secara tiba–tiba. 
Jadi, yang dimaksud bentuk adalah semacam kata banjir, sedangkan makna adalah 
reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu akan berbeda–beda pada 
setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap orang akan bentuk dan 
makna suatu kata.

2 PENGGUNAAN KATA
Untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan 
pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan. 
Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang harus kita perhatikan adalah 
kata dan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam penggunaan kata, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus 
mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat 
berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. 
Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan:
a. ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan;
b. kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. 

a. Ketepatan Pilihan Kata 
Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide 
pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca 
akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis apabila 
pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak tepat dari 
pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya 
tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, kita 
perlu memperhatikan hal–hal berikut: 
1) Kata bermakna denotatif atau konotatif; 
2) kata bersinonim, kata umum dan kata khusus; dan 
3) kata yang mengalami perubahan makna. 
4) Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Konotatif 

Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep dengan 
kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna ini 
bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna konotatif atau asosiatif 
muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau 
apa yang didengar. Makna konotatif dapat muncul di samping maknadenotatif suatu 
kata. 

Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kitagunakan adalah kata–kata 
denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya asosiasi. Hal 
ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman pembaca atau 
pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata perempuan dan pandai 
dalam kalimat berikut.
1. a. Perempuan itu ibu saya.
    b. Ah,dasar perempuan. 

      Kata Bersinonim
      Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya, kata–kata yang bersinonim itu dalam pemakaiannya tidak sepenuhnya dapat saling menggantikan. 
      Kata–kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna konotasinya berbeda. 
      Relakah Saudara kepada orang yang sangat Saudara hormati dan Saudara cintai mengatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya kepada binatang Saudara mengatakan Kambing itu telah wafat kemarin.

      Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa kata dapat memil iki kekhususan dalam pemakaiannya walaupun kata yang digunakan memiliki makna denotasi yang sama. 
      Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus 

Dalam bahasa sehari–hari kita sering mendengar atau membaca kata yang bermakna 
kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering mengganggu 
kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung dengan baik, 
kita harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan bermakna 
khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin 
muncul.

Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum dapat 
menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan dalam 
mengungkapkan gagasan yang bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus 
digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.

1. Dia memiliki kendaraan
2. Dia memiliki mobil
3. Dia memiliki sedan. 

B. Kesesuaian Pilihan Kata 
   Kesesuaian pilihan kata berkatian dengan pertimbangan pengungkapan gagasan atau 
ide dengan memerhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Dalam 
pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata–kata baku. 
Sebaliknya, dalam pembicaraan tak resmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara atau 
menulis dengan menggunakan kata–kata baku untuk menjaga keakraban.

   Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar kata–
kata yang kita gunakan dapat dipahami mereka. Pada saat kita berbicara dengan 
masyarakat awam, sebaiknya kita gunakan kata–kata umum (popular); jangan kita 
gunakan kata–kata yangbersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu 
untuk dipahami orang lain. 
Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita perlu 
memperhatikan hal-hal berikut.
Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku.
Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum.
Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus. 

Kata Baku dan Takbaku 
Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik 
dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia. 

Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata 
dalam bahasa Indonesia.

Kita perhatikan beberapa contoh berikut :

Kata Baku Kata Tak Baku
Apotek Apotik
praktik praktek
Ijazah Ijasah


Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang 

 Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Kata–kata ini umumnya memiliki kaidah sendiri yang berbeda dengan kata–kata yang digunakan dalam tulisan. Kata–kata percakapan, di antaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek), tidak ajeg menggunakan kaidah bentukan kata dan sering menyingkat kata. Beberapa contoh dapat dikemukakan di sini, misalnya, nggak, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu. Kata–kata percakapan sebaiknya dihindarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi karena dapat mengganggu keresmian atau keilmiahan. Karena itu, berhati–hatilah menggunakan kata percakapan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar